Mengapa
“Singa Padang Pasir” ini sampai menangis?
Umar pernah meminta
izin menemui Rasulullah. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar
yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya
berbantal pelepah kurma yang keras.
Aku ucapkan salam
kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku.
Rasul yang mulia
bertanya, “Mengapa engkau menangis ya Umar?”
Umar menjawab, “Bagaimana
aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau,
padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat
sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan
berbantalkan sutera“.
Nabi berkata, “Mereka
telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan
cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari
akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada
musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan
meninggalkannya.“
Indah nian
perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah
tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak, untuk
kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.
Ketika anda pergi ke
Belanda, biasanya pesawat akan transit di Singapura. Atau anda pulang dari
Saudi Arabia, biasanya pesawat anda mampir sejenak di Abu Dhabi. Anggap saja
tempat transit itu, Singapura dan Abu Dhabi, merupakan dunia ini. Apakah ketika
transit anda akan habiskan segala perbekalan anda? Apakah anda akan
selamanya tinggal di tempat transit itu?
Ketika anda sibuk shopping
ternyata pesawat telah memanggil anda untuk segera meneruskan perjalanan anda.
Ketika anda sedang terlena dan sibuk dengan dunia ini, tiba-tiba Allah
memanggil anda pulang kembali ke sisi-Nya. Perbekalan anda sudah habis, tangan
anda penuh dengan bungkusan dosa anda, lalu apa yang akan anda bawa nanti di
padang Mahsyar.
Sisakan kesenangan
anda di dunia ini untuk bekal anda di akherat. Dalam tujuh hari seminggu,
mengapa tak anda tahan segala nafsu, rasa lapar dan rasa haus paling tidak dua
hari dalam seminggu. Lakukan ibadah puasa Senin-Kamis. Dalam dua puluh empat
jam sehari, mengapa tak anda sisakan waktu barang satu-dua jam untuk sholat dan
membaca al-Qur’an. Delapan jam waktu tidur kita... mengapa tak kita buang 15
menit saja untuk sholat tahajud.
"Celupkan tanganmu ke dalam lautan, air yang ada di jarimu
itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akherat."
“Celupkan
tanganmu ke dalam lautan,” saran Nabi ketika ada sahabat yang bertanya tentang
perbedaan dunia dan akherat, “Air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan
sisanya adalah akherat.“
Bersiaplah, untuk
menyelam di “lautan akherat”. Siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil
kita,dan bila saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangis pun
kita tak akan punya waktu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar