Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 November 2013

Aku Ada

 
Dengarkah kamu?
Aku ada. Aku masih ada. Aku selalu ada.
Rasakan Aku, sebut namaku seperti mantra yang meruncing menuju satu titik untuk kemudian melebur, meluber dan melebar.
Rasakan perasaanku yangbergerak bersama alam untuk menyapamu.


Aku Ada - Dee
Lanjut baca yuk...

Senin, 21 Oktober 2013

Menembus Badai

Setangguh apapun perahu diciptakan, ia takkan berdaya guna bila hanya tertambat di dermaga.
Dirimu adalah perahu itu.
Kesejatian perahu adalah mengarungi samudra, menembus badai dan mendarat di pantai harapan.
Dermaga adalah masa lalu.
Sedangkan tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan.
Jangan sia-siakan seluruh kekuatan yang ada pada dirimu.
Jangan biarkan masa lalu menambatkanmu di situ.
Lepaskan dirimu dari beban ketakutan dan penyesalan.
Berlayarlah...
Berkaryalah...
Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang.
Yang memisahkan dirimu dengan keberhasilan adalah masalah dan tantangan.
Di situlah tanda kesejatian teruji.
Hakikat perahu adalah untuk berlayar menembus segala rintangan.
Hakikat dirimu adalah untuk berkarya menemukan kebahagiaan.
Lanjut baca yuk...

Minggu, 08 September 2013

It Called....Life.


When a bird is alive, it eats ants.
When the bird is dead, ants eat the bird.
One tree makes a million match sticks.
Only one match stick is needed to burn a million trees.
Time and circumstance can change at any moment.
Do not devalue or hurt anyone in life.
You may be powerful this time, but remember: time is more powerful than you.

So be good and do good.
Lanjut baca yuk...

Jumat, 16 Agustus 2013

Renungan Hidup

Hidup kita cuma di dalam 3 hari:

1. Semalam : Sudah menjadi sejarah
2. Hari ini : Apa yang sedang kita lakukan
3. Esok : Hari yang belum pasti

Hisablah hari pertama semoga hari yang kedua kita lebih baik dari hari yang pertama.

Jangan mengharap hari yang ketiga kerana mungkin ajal kita pada hari yang kedua.


Hidup cuma dalam 2 nafas:
1. Nafas Naik
2. Nafas Turun

Hargailah Nafas yang naik kerana udara yang disedut adalah pemberian Allah secara percuma dan carilah keredhaanNya dalam menggunakannya.

Bertaubatlah dalam Nafas yang kedua kerana mungkin nafas itu yang terakhir keluar dari tubuh bersama Nyawa dan Roh untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

 

Hidup yang abadi cuma ada 2 tempat:

1. Kekal di dalam neraka
2. Kekal di dalam syurga

Ingatlah kecelakaan neraka itu amat mengerikan dan kita hanya diyakinkan oleh keyakinan kita kepada rukun IMAN. Rukun Iman itu pula ada 6 dan hilang salah satu darinya maka hilanglah ia.

Kelazatan dan kesejahteraan syurga itu maha HEBAT. Tidak terduga oleh fikiran kita dan untuk mendapatkannya terjemahkan rukun ISLAM yang 5 itu dan puncaknya adalah SHOLAT…

Amat sukar untuk dipercayai bagi yang ingin ke SYURGA tetapi tidak bersolat, umpama seorang yang mau menaiki kapal terbang tetapi tidak mempunyai BOARDING PASS.

Dan mereka yang sengaja melalaikan solat, umpama mengeposkan sepucuk surat tanpa melekatkan setem apabila ditanya bagaimana surat itu akan sampai pada penerimanya…lalu dia pun berkata setemnya akan dihantar kemudian.


Ada 2 penyelesaian dalam hal ini :

1. Dia mungkin didenda
2. Segala suratnya masuk tong sampah.

Oleh itu, tidakkah kita semestinya bersyukur atas segala nikmat yang Allah kurniakan kepada kita…. Sekurang-kurangnya Allah telah beri udara secara percuma untuk kita berzikir mengingati Allah setiap detik dan ketika, hinggalah kita kembali kepada Allah dalam keadaan jiwa yang tenang…lalu masuk kedalam syurga dalam keadaan kita redha dan Allah meredhai.

Wassalam.
Lanjut baca yuk...

Rabu, 10 Juli 2013

Sekeping Harap Yang Tersisa


Perlahan waktu menutup senja..
Sepotong . . Lalu utuh. .
Pergantian waktu tiba seperti biasa.
Namun malam ini berbeda.
Ada ia. .
Bulan, diantara kita.

Bulan malam ini kamu namakan apa?
Sabit dengan lengkung dan cahayanya..?
Ya. . Itu bagimu.
Tapi bagiku,
bulan malam ini adalah bulan separuh dengan cahaya yang semu. .

Ada kerlip cahaya-cahaya kecil diatas ilalang yang sedari tadi menyaksikan kita.
Kamu namakan apa ?
Bintang kecil yang turun ke bumi tuk hiasi malam kita ?
Ahhh. . Itu bagimu. .
Tapi bagiku,,
itu percikan api dari ilalang yang sedang terbakar.

Saat aku pandangi langit, kamu pandangi bulan.
Dan ketika kamu tatap mataku dengan sayup. .
Aku tatap matamu dengan sendu.

Beri tahu aku, di waktu yang mana kita dapat bersama menunjuk satu bintang?
Kamu tersenyum ,
dan aku terdiam. .
Meretas sekeping harap yang tersisa. .


by: selly ( http://d3-513l.blogspot.com/ )
Lanjut baca yuk...

Selasa, 09 Juli 2013

Anakmu Bukan Milikmu


Anakmu bukan milikmu.
Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,

Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,

Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.


Berikan mereka kasih sayangmu,
tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,

Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.


Patut kau berikan rumah untuk raganya,

Tapi tidak untuk jiwanya,

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,

yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.


Kau boleh berusaha menyerupai mereka,

Namun jangan membuat mereka menyerupaimu


Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,

Pun tidak tenggelam di masa lampau.


Kaulah busur,
dan anak-anakmulah
 Anak panah yang meluncur.


Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.


Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,

Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.


Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,

Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat

Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.


by Khalil Gibran
Lanjut baca yuk...

Senin, 08 Juli 2013

Cerpen: Titip Ibuku Ya Allah

“Nak, bangun. udah adzan subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja.”

Tradisi ini sudah berlangsung 20 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat. Kini usiaku sudah kepala 3 dan aku jadi seorang karyawan disebuah perusahaan tambang, tapi kebiasaan Ibu tak pernah berubah.
“Ibu sayang. ga usah repot-repot Bu, aku dan adik-adikku udah dewasa” pintaku pada Ibu pada suatu pagi.

Wajah tua itu langsung berubah. Pun ketika Ibu mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan. Kenapa Ibu mudah sekali sedih ?
Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami Ibu karena dari sebuah artikel yang kubaca.

Orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak … tapi entahlah.. Niatku ingin membahagiakan malah membuat Ibu sedih. Seperti biasa, Ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa..

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, 
“Bu, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan Ibu. Apa yang bikin Ibu sedih?” Kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata di sana.
Terbata-bata Ibu berkata, “Tiba- tiba Ibu merasa kalian tidak lagi membutuhkan Ibu. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kalian, Ibu tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan sendiri.."

Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu, bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. Diam-diam aku bermuhasabah.. Apa yang telah kupersembahkan untuk Ibu dalam usiaku sekarang? Adakah Ibu bahagia dan bangga pada putera putrinya?


Ketika itu kutanya pada Ibu, Ibu menjawab, "Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu. Kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Ibu. Kalian berprestasi di pekerjaan adalah kebanggaan buat Ibu. Setelah dewasa, kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Ibu. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua.”
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, “Ampunkan aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Ibu. Masih banyak alasan ketika Ibu menginginkan sesuatu." 

Betapa sabarnya Ibuku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang wanita karier seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan Ibuku untuk “cuti” dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada pembantu. Tapi tidak! Ibuku seorang yang idealis. Menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun.

Pukul 3 dinihari Ibu bangun dan membangunkan kami untuk tahajud. Menunggu subuh Ibu ke dapur menyiapkan sarapan sementara aku dan adik-adik sering tertidur lagi. Ah, maafkan kami Ibu, 18 jam sehari sebagai “pekerja” seakan tak pernah membuat Ibu lelah.. Sanggupkah aku ya Allah ?

"Nak. bangun nak, udah azan subuh .. sarapannya udah Ibu siapin dimeja.."
Kali ini aku lompat segera, kubuka pintu kamar dan kurangkul Ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan, "Terimakasih Ibu, aku beruntung sekali memiliki Ibu yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan Ibu."
Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan.. Cintaku ini milikmu,Ibu..
Aku masih sangat membutuhkanmu.. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu.

Sahabat..
tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "aku sayang padamu", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai karena Allah..
Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita. Ibu dan ayah walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.

Percayalah..
Kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
Wallaahua’lam..

"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu, dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil. Titip Ibuku ya Allah..."

Lanjut baca yuk...

Hidup Itu.....


Hidup adalah kesempatan, manfaatkan itu.

Hidup adalah keindahan, kagumilah.

 
Hidup adalah kebahagiaan, nikmatilah.

 
Hidup adalah mimpi, wujudkanlah menjadi nyata.

 
Hidup adalah tantangan, maka sambutlah itu.

 
Hidup adalah kewajiban, penuhilah.

 
Hidup adalah permainan, mainkanlah.

 
Hidup adalah janji, tepatilah.

 
Hidup adalah penderitaan, atasilah itu.

 
Hidup adalah sebuah lagu, nyanyikanlah.

 
Hidup adalah perjuangan, terimalah itu.

 
Hidup adalah tragedi, hadapilah dengan tabah.


Hidup adalah petualangan, jadilah seorang pemberani.

 
Hidup adalah keberuntungan, wujudkanlah.

 
Hidup adalah terlalu berharga, janganlah merusaknya.

 
Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.
 

~Mother Theresa
Lanjut baca yuk...

Sabtu, 06 Juli 2013

^____^

Aku mengerti,
juga memahami,
aku bukan yang terbaik.

Namun aku merasa,
juga meyakini,
bila aku yang denganmu,
ialah aku yang membaik.


@karizunique
Lanjut baca yuk...

Kamis, 04 Juli 2013

Aku Lah Yang Terbaik


mungkin..
aku bukan lha wanita yg
layak di puja oleh
banyak orang
aku tidak seperti dirinya
anggun dan menawan
mungkin aku juga bukan
seorang penyair yg pandai
merangkai kata2..

aku tau..
dirinya seribu kali
lebih menawan dari ku
aku tau..
dirinya seribu kali
lebih elok dari ku
aku tau..
hatinya seribu kali
lebih lembut dari ku
aku tau..
matanya seribu kali
kebih indah dri ku
aku juga tau..
diriku tak mendapat tempat
terpenting di hatimu
seperti dirinya

tapi satu yang aku tau
cinta nya tak kan sebesar cinta ku
kasih sayang nya tak kan
sebesar kasih sayang ku
dan aku yakin
suatu saat nanti
kamu akan mengetahuinya
dan berkata bahwa
"AKU LHA YANG TERBAIK"

20 Juli 2008
Lanjut baca yuk...

Kesendirianku


aku ingin berlari
berlari menempuh waktu
waktu yang seakan
semakin mengikatku pada
kesendirian...

nafas ku kini berubah
menjadi keluh kesah dan tangisan
perih hati yang
tercabik2 oleh takdir

takkan terhenti kah
kesendirian ini?
jika kematian lha jalannya
maka ambillah roh ku
yang telah mati
pada raga ku ini..

20 Juli 2008
Lanjut baca yuk...

Renungku


renung ku dalam hati ku
begitu menyibak
merasuk kalbu

coba..
coba kau mengerti
di dalam tabir hidupku

ia mencoba
menelusuri hidupku
yang begitu suram
yang begitu kelabu

namun..
ku coba gembira
tapi..
aku menangis sendiri
bagiku resah di telingaku
dari tasbih kalbu
ku coba, ku putar
mengabdi ke jalan yang benar

05 Juni 2008
Lanjut baca yuk...

Teruntukmu Kunanti


demi kesungguhan ku yang kan tetap menantimu
aku akan berharap
ini berakhir membawa
kau hadir di sini

tak mengapa hanya aku
yang tau tentang perasaan ini
walau mungkin semua karya ini
hanya impian ku

demi cinta yang tak pernah mati
demi penantian yang tetap terjaga
kaulah cahaya yang menyinari
bagian dalam nurani
yang tak tersentuh

menerangkan sinar redup hari
meluluhkan jiwa dalam ketiadaan
demi cinta yang tak pernah mati
teruntuk mu
ku sembahkan penantian dalam mimpi

________________________________________________________

Iseng-iseng ngepost puisi jadul tahun 2008.
Semoga suka :D
Lanjut baca yuk...

Beranjak Dewasa


Aku berangkat sekarang untuk membantai lawan
Untuk berjuang dalam pertempuran.
Aku berangkat, bu, dengarlah aku pergi!
Doakan lah agar aku berhasil.

Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya.
Aku ingin pergi, bu, jangan lah menangis.
Biar ku cari jalanku sendiri.

Aku ingin melihat dan menyentuh dan mendengar
Meskipun ada bahaya, ada rasa takut.
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata
biar ku utarakan pikiranku.

Aku pergi mencari duniaku, cita-cita ku,
Memahat tempatku, menjahit kainku,
Ingatlah, saat aku melayari sungaiku
Aku mencintaimu, di sepanjang jalan ku.
Lanjut baca yuk...

Jumat, 28 Juni 2013

Tetaplah Berbuat Baik


Bila engkau baik hati,
bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;
tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.

Bila engkau jujur dan terbuka,
mungkin saja orang lain akan menipumu;
tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.

Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan,
mungkin saja orang lain jadi iri;
tapi bagaimanapun, berbahagialah.

Bila engkau sukses,
engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati;
tapi bagaimanapun, jadilah sukses.

Apapun yang engkau bangun selama bertahun-tahun bisa jadi akan dihancurkan orang lain hanya dalam satu malam;
tapi bagaimanapun, bangunlah dan teruslah berkarya.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini,
mungkin saja besok sudah dilupakan orang;
tapi bagaimanapun, teruslah berbuat baik.

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu sebaik-baik yang dapat engkau lakukan.
Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu,
Bukan urusan antara engkau dan mereka.

(Teresa/Nobel Prize Winner For Peace 1979)
Lanjut baca yuk...

Aristoteles Tentang Cinta Sejati


Pada suatu hari, Aristoteles bertanya kepada gurunya (Plato) mengenai arti dari cinta sejati.
Aristoteles: “Apa itu CINTA SEJATI wahai Guru?”

Plato: ”Berjalan luruslah di taman bunga yang luas. Petiklah satu bunga yang terindah menurutmu. Dan ingat, jangan pernah kembali kebelakang!”

Secepatnya Aristoteles mengerjakan apa yang disuruhkan oleh gurunya itu.
Keesokan harinya, beliau bertemu gurunya.
Beliau kembali dengan tangan hampa.

Plato: “Mana bunga yang kau petik, wahai Aristoteles?”

Aristoteles: “Aku tidak bisa mendapatkannya. Sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berpikir pasti didepan ada bunga yang lebih bagus lagi. Ketika aku sampai diujung taman, aku baru sadar bahwa bunga yang aku temui pertama tadi itulah yang terbaik. Tapi aku tidak bisa kembali lagi kebelakang.”

Plato: “Wahai Aristoteles muridku, itulah CINTA SEJATI. Semakin kau mencari yang terbaik, maka kamu tidak akan pernah menemukannya."

Aristoteles : “Sekarang aku mengerti apa itu CINTA SEJATI



........................
If only I could turn back time
If only I had said what I still hide
If only I could turn back time
I would stay for the night
........................
~AQUA



Lanjut baca yuk...

Pasangan Hidup


Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.
Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak.
Sebab, dialah yang tercantik di antara semua istrinya.
Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.

Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga.
Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya.
Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Begitu juga dengan istri yang kedua.
Ia pun sangat menyukainya.
Ia adalah istri yang sabar dan pengertian.
Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini.
Dialah tempat bergantung.
Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Sama halnya dengan istri yang pertama.
Dia adalah pasangan yang sangat setia.
Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini.
Dialah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami.
Akan tetapi, sang pedagang tak begitu mencintainya.
Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit.
Lama kemudian, ia menyadari bahwa ia akan segera meninggal.
Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati.
"Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri."

Lalu, ia meminta semua istrinya datang dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya.
"Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku?"
Ia terdiam. "Tentu saja tidak," jawab istrinya yang keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi.
Jawaban itu sangat menyakitkan hati sang saudagar.
Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya.

Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga.
"Akupun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?"
Istrinya menjawab, "Hidup begitu indah di sini. Aku akan menikah lagi jika kau mati."
Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini.

Badannya mulai merasa demam.
Lalu, ia bertanya pada istri keduanya.
"Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku?"
Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu."
Jawaban itu seperti kilat yang menyambar.

Sang pedagang kini merasa putus asa.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu".
Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana.
Dia tampak begitu kurus.
Badannya tampak seperti orang yang kelaparan.
Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam.
"Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat kumampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku.


Sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.
Istri yang keempat adalah tubuh kita.
Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang.
Ia akan pergi segera kalau kita meninggal.
Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga adalah status sosial dan kekayaan.
Saat kita meninggal semuanya akan pergi kepada yang lain.
Mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua adalah kerabat dan teman-teman.
Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya.
Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita.
Mungkin kita sering mengabaikan dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi.
Namun sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah.
Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi selagi mampu perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak.
Jangan sampai kita menyesal belakangan


Lanjut baca yuk...

Rabu, 29 Mei 2013

#Hujan

 
Malam ini, hujan turun lagi.
Deras seperti biasanya.
Rintik-rintik hujan selalu mengingatkan ku padamu.
Seperti ribuan tetesan rindu yang disampaikan langit kepada bumi.
Seperti rindumu, yang tak pernah bisa habis ku baca.
Seperti ribuan ucapan cinta yang tak tersampaikan,
Tapi dapat ku lihat dari sorot mata mu saat memandangku. 


(c) septy
Lanjut baca yuk...

Jumat, 15 Maret 2013

Cerpen : Aku Sayang Kakak

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.


 Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah,saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkanmu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa tersentuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."


 Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah disini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sunga.
Lanjut baca yuk...

Kamis, 28 Februari 2013

Sebelum Mengeluh

Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat
berbicara sama sekali.


Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun
untuk dimakan.


Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta
di jalanan.


Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada
tingkat yang terburuk didalam hidupnya.



Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda.
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada
Tuhan untuk diberikan teman hidup.


Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor
karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat
yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.


Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.


Kita semua menjawab kepada Tuhan


"Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam
kesusahan, Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan
bahwa kamu masih hidup !"


Life is a gift . .

Live it...

Enjoy it...

Celebrate it...

And fulfill it...



Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu..
Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan..
Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
karena anda menyayangi dan mencintai Mereka,
jadilah meraka CANTIK dan TAMPAN

Kecantikan bukan diwajah dan ketampanan bukan digagahnya seseorang,
tapi cantik dan tampan muncul dari HATI, disebut jg dengan Hati Nurani.



sumber : motivasihidupberkah.blogspot.com
Lanjut baca yuk...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...