Alkisah ada seorang petani tua yang miskin. Dia hidup berdua saja
dengan istrinya. Tiap hari dia pergi ke sawah sambil membawa cangkul
besi satu-satunya miliknya, menyeberangi sebuah sungai yang cukup dalam.
Pada suatu hari, saat menyeberangi sungai dalam perjalanan ke sawah,
si petani tanpa sengaja menjatuhkan cangkulnya. Cangkul itu langsung
tenggelam ke dasar sungai. Si petani tertegun sedih, meratapi
kecerobohan yang membuatnya kehilangan benda miliknya yang paling
berharga. Saat merenungi nasibnya itu, tiba-tiba datanglah seorang peri
menghampirinya.
“Hai petani, kenapa kau bersedih?”
“Aku kehilangan cangkulku. Padahal hanya dengan itulah aku bisa menghidupi diri dan istriku.”
“Baiklah…tunggu sebentar”, kata si peri. Lalu ia menghilang, dan tak
lama kemudian muncullah kembali sambil membawa sebuah cangkul terbuat
dari emas murni.
“Inikah cangkulmu?”, tanya si peri.
“Bukan. Cangkulku tidak sebagus itu. Hanya cangkul biasa saja”, jawab si petani.
Lalu si peri menghilang kembali, dan sebentar kemudian muncul sambil membawa cangkul perak.
“Inikah cangkulmu?”, tanya si peri kembali.
“Bukan. Cangkulku cuma terbuat dari besi.”
Untuk ketiga kalinya, si peri pergi, dan saat kembali kali itu dia membawa sebuah cangkul besi.
“Inikah cangkulmu?
Si petani mendadak terlihat gembira. “Benar…benar…inilah cangkulku…”, sahutnya sambil tersenyum.
Si peripun ikut tersenyum, lalu berkata,”Wahai pak tani, aku salut
akan kejujuranmu. Engkau tidak silau dengan hal-hal keduniawian. Sebagai
anugrah, kuberikan juga cangkul emas dan cangkul perak kepadamu.” Lalu
diserahkannyalah cangkul emas dan cangkul perak tadi kepada si petani.
Si petani tentu saja bergirang hati mendapatkan rejeki tersebut.
Pemberian emas dan perak itu kemudian dijualnya untuk memperbaiki
tingkat kehidupannya. Meskipun mendapat rejeki besar, tapi si petani
tidak berubah. Ia tetap bekerja keras dan mencoba bersikap jujur dalam
setiap kesempatan.
Suatu hari, seperti biasanya ia pergi ke sawah. Bedanya, kali ini ia
ditemani istrinya. Saat menyeberangi sungai, tiba-tiba istrinya terjatuh
dan hilang ditelan arus sungai. Si petani terkejut dan tidak mampu
menolong istrinya, akhirnya iapun cuma bisa menangis sedih. Tiba-tiba si
peri muncul kembali, dan terjadilah dialog yang mirip seperti di atas.
Singkat kata, si peri pergi, dan saat kembali, ia membawa Paris Hilton
(bagi yg belum tahu Paris Hilton, ia adalah selebritis jetset yang suka
hidup mewah, pewaris Hilton raja jaringan hotel).
“Inikah istrimu?”, tanya si peri sambil menyodorkan Paris Hilton.
“Benar…benar…dialah istriku”, jawab si petani setelah melihat dan mengamati Paris Hilton dengan cermat.
Si peri langsung berubah wajahnya. Ia kemudian berkata,”Wahai pak
tani, ternyata engkau tidak jujur. Engkau mengaku memiliki sesuatu yang
sebenarnya bukan milikmu. Aku kecewa…”
Sebelum si peri melanjutkan ucapannya, si petani memotongnya,”Dengan
mengakui Paris Hilton sebagai istriku, justru aku bersikap jujur, wahai
peri…”
Si peri keheranan dengan jawaban si petani. Dia bertanya,”Coba jelaskan, apa maksudmu?”
Si petani kemudian berkata panjang lebar,”Coba pikirkan…Kalau aku
tidak mengakui Paris Hilton sebagai istriku, maka engkau akan
membawakanku Angelina Jolie, Demi Moore, atau selebritis lainnya, baru
kemudian engkau mengembalikan istriku. Lalu engkau akan terkesan akan
kejujuranku, dan akan memberiku Paris Hilton dan Angelina Jolie untuk
hidup bersamaku, selain istriku sendiri.”
Lanjut si petani,”Coba bayangkan…mana sanggup aku membiayai
selebritis-selebritis itu. Dari mana aku dapat uang? Aku hanya seorang
petani miskin. Karena itu aku mencoba jujur pada keadaanku. Aku tidak
sanggup menghidupi mereka, lalu kuputuskan untuk menjawab seperti tadi.
Aku tahu engkau kecewa, dan aku tahu jika engkau kecewa pasti aku tidak
akan mendapatkan siapa-siapa, termasuk istriku sendiri. Tapi paling
tidak aku tidak mengkhianati kehidupanku sendiri…”
Dan si peripun menjadi speechless dengan jawaban si petani itu…
**
EPILOG:
Saya yakin ada yang tertawa membaca cerita di atas, tapi ada juga
yang tertegun. Menurut sahabat saya, moral of the storynya adalah bahwa
sulit sekali bagi kita untuk tidak berprasangka kepada orang lain. Sulit
karena fenomenanya terlihat jelas di hadapan kita. Bahkan saat kita
sudah berusaha keras untuk tidak menaruh prasangka buruk, kadang-kadang
bayangan tuduhan itu tetap muncul juga…
Cerita di atas bisa menjadi pelajaran bagi kita yang kadang mudah
menjatuhkan cap jelek kepada orang lain. Sesungguhnya cap jelek yang
kita timpakan itu tidak selalu benar. Sesungguhnya terkadang yang ada
hanyalah beda pandangan saja. Si peri menuduh petani tidak jujur karena
dia mengakui Paris Hilton sebagai istrinya, sementara si petani
berpendapat bahwa kejujuran tidak hanya sebatas pada pengakuan lisan
saja. Sebelum berprasangka, kita juga perlu sadar bahwa kadang-kadang
pandangan orang yang kita cap jelek itu malah lebih baik daripada
pandangan kita.
Bagi kita yang kadang menjadi korban prasangka buruk, tidak usahlah
menjadi panas hati. Pahamilah bahwa prasangka tadi kadang muncul karena
perbedaan pandangan atau ketidaktahuan. Jika penyebabnya memang seperti
itu, komunikasi yang baik akan bisa menyelesaikan persoalan. Kalau kita
bisa bersikap seperti ini, percayalah…hidup akan menjadi lebih ringan…
Semoga bisa bermanfaat, baik untuk hiburan maupun renungan.. :-)
sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar