Hujan
memang memiliki banyak kisah, entah sudah berapa buah lagu, puisi atau sebuah
cerpen yang tercipta karena kehadiran sang hujan. Begitu juga dengan ku, hujan
selalu mengingatkan ku padamu. Kamu yang ketika tersenyum ada lesung pipi di
sebelah kiri, manis sekali. Mungkin sudah sekitar satu bulan ini aku
memperhatikan mu dari jauh, tanpa mengetahui siapa nama mu. Rasanya ketika
berhadapan dengan mu, seperti ada bom-bom waktu yang akan siap meledak saat ini
juga. Bahkan hanya untuk tersenyum pada mu, jantungku berasa ingin copot.
“Lo gila ya, Re? Selama sebulan
ini lo selalu ngomongin dia terus, tanpa tau dia tuh siapa sebenernya, padahal
kan lo satu kantor sama dia, Re.” ujar Fia, sahabat ku ketika sedang bermalam
di rumah ku.
“Gue gak tau harus kaya gimana
biar bisa kenal sama dia, Fi. Ngeliat dia senyum aja, jantung gue udah
deg-degan. Apalagi sampe kenalan sama dia.”
“Yaaah.. kalo emang lo gak berani
untuk kenalan sama dia, jangan pernah bermimpi untuk bisa tau siapa nama dia,
apalagi sampe deket sama dia. Buang jauh-jauh deh mimpi lo itu, Re.”
“Kadang.. gue justru ngerasa kalo
mimpi gue ini lebih nyata.” ujar ku, di jawab dengan sebuah tawa oleh Fia.
Yaah..
aku tau memang aku ini seorang pengecut, satu kantor, tapi sama sekali gak tau
siapa dia, bahkan namanya saja aku tidak tau. Tapi aku sudah merasa senang bisa
dekat dengan dia, di alam bawah sadar ku tentunya.
***
Lagi-lagi
hujan, entah sudah berapa banyak baju ku di jemuran yang belum juga kering
karena hujan yang terus mengguyur kota ku tercinta ini. Aku duduk di sebuah
halte depan kantor ku, menunggu bis yang akan membawa ku kerumah. Hari ini
berasa sangat berat sekali kepala ku, selain karena tugas kantor yang memang
lagi banyak-banyak nya, juga karena hari ini aku tidak melihat si lesung pipi
di kantor. Entah kemana dia hari ini.
“Boleh pinjem payung nya?” ujur
seseorang yang menyadarkan ku dari lamunan. Dan betapa kagetnya aku melihat si
lesung pipi sedang berdiri di hadapan ku dengan senyum manisnya. “Kebetulan
mobil gue agak jauh dari sini, kalo gak keberatan, boleh pinjem payungnya
sebentar?”
Aku terdiam agak lama memandang
nya yang sedang berdiri di hadapan ku dengan muka kebingungan, “Halooo.. boleh
gak gue pinjem payung nya?” kata nya sambil melambaikan tangannya di depan muka
ku.
“Eh.. i-iya boleh.. ini..” jawab
ku sambil menyerahkan payung kesayangan ku padanya.
“Makasih, ya. Kayaknya gue pernah
liat lo deh. Lo satu kantor sama gue kan?” Tanya nya, “kenalin, nama gue Andra.”
Dia mengulurkan tangannya.
Aku menyambut uluran tangannya, “Re..
Renata..” jawab ku, dan pas sekali bis yang sedang aku tunggu-tunggu pun datang,
“eh.. aku duluan, ya. Bis ku udah dateng.”
“Loh, terus balikin payungnya
gimana?”
“Kapan-kapan aja kalo kamu
sempet..” jawab ku yang mencoba senyum.
“Oke deh.. makasih ya, Renata.” Katanya
dengan senyum manis seperti biasanya.
***
Aku
tidak menyangka, jika hujan kala itu membawa keberuntungan juga untuk ku. Laki-laki
yang aku kagumi, yang bahkan namanya saja aku tidak tau, hari ini, berbicara
padaku, bahkan mengajak ku kenalan. Walaupun bukan kenalan dengan maksud karena
tertarik, tapi aku sangat senang sekali. Dan sekarang aku tahu siapa namanya,
walaupun hanya tahu namanya saja, tapi paling tidak, mimpi ku ada yang menjadi
nyata. Aku harus berterima kasih kepada Tuhan, untuk hujan kala itu.
_____________________________________________________________
cerpen random, masih belajar.
mohon bimbingannya,
kalo ada yg kurang, bisa
kasih komen, makasih :)
(c) septy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar