Rabu, 29 Mei 2013

Cerpen: Hujan Kala Itu


Hujan memang memiliki banyak kisah, entah sudah berapa buah lagu, puisi atau sebuah cerpen yang tercipta karena kehadiran sang hujan. Begitu juga dengan ku, hujan selalu mengingatkan ku padamu. Kamu yang ketika tersenyum ada lesung pipi di sebelah kiri, manis sekali. Mungkin sudah sekitar satu bulan ini aku memperhatikan mu dari jauh, tanpa mengetahui siapa nama mu. Rasanya ketika berhadapan dengan mu, seperti ada bom-bom waktu yang akan siap meledak saat ini juga. Bahkan hanya untuk tersenyum pada mu, jantungku berasa ingin copot. 

“Lo gila ya, Re? Selama sebulan ini lo selalu ngomongin dia terus, tanpa tau dia tuh siapa sebenernya, padahal kan lo satu kantor sama dia, Re.” ujar Fia, sahabat ku ketika sedang bermalam di rumah ku.

“Gue gak tau harus kaya gimana biar bisa kenal sama dia, Fi. Ngeliat dia senyum aja, jantung gue udah deg-degan. Apalagi sampe kenalan sama dia.”

“Yaaah.. kalo emang lo gak berani untuk kenalan sama dia, jangan pernah bermimpi untuk bisa tau siapa nama dia, apalagi sampe deket sama dia. Buang jauh-jauh deh mimpi lo itu, Re.”

“Kadang.. gue justru ngerasa kalo mimpi gue ini lebih nyata.” ujar ku, di jawab dengan sebuah tawa oleh Fia.

Yaah.. aku tau memang aku ini seorang pengecut, satu kantor, tapi sama sekali gak tau siapa dia, bahkan namanya saja aku tidak tau. Tapi aku sudah merasa senang bisa dekat dengan dia, di alam bawah sadar ku tentunya.

***

Lagi-lagi hujan, entah sudah berapa banyak baju ku di jemuran yang belum juga kering karena hujan yang terus mengguyur kota ku tercinta ini. Aku duduk di sebuah halte depan kantor ku, menunggu bis yang akan membawa ku kerumah. Hari ini berasa sangat berat sekali kepala ku, selain karena tugas kantor yang memang lagi banyak-banyak nya, juga karena hari ini aku tidak melihat si lesung pipi di kantor. Entah kemana dia hari ini.

“Boleh pinjem payung nya?” ujur seseorang yang menyadarkan ku dari lamunan. Dan betapa kagetnya aku melihat si lesung pipi sedang berdiri di hadapan ku dengan senyum manisnya. “Kebetulan mobil gue agak jauh dari sini, kalo gak keberatan, boleh pinjem payungnya sebentar?”

Aku terdiam agak lama memandang nya yang sedang berdiri di hadapan ku dengan muka kebingungan, “Halooo.. boleh gak gue pinjem payung nya?” kata nya sambil melambaikan tangannya di depan muka ku.

“Eh.. i-iya boleh.. ini..” jawab ku sambil menyerahkan payung kesayangan ku padanya.

“Makasih, ya. Kayaknya gue pernah liat lo deh. Lo satu kantor sama gue kan?” Tanya nya, “kenalin, nama gue Andra.” Dia mengulurkan tangannya.

Aku menyambut uluran tangannya, “Re.. Renata..” jawab ku, dan pas sekali bis yang sedang aku tunggu-tunggu pun datang, “eh.. aku duluan, ya. Bis ku udah dateng.”

“Loh, terus balikin payungnya gimana?”

“Kapan-kapan aja kalo kamu sempet..” jawab ku yang mencoba senyum.

“Oke deh.. makasih ya, Renata.” Katanya dengan senyum manis seperti biasanya.

***

Aku tidak menyangka, jika hujan kala itu membawa keberuntungan juga untuk ku. Laki-laki yang aku kagumi, yang bahkan namanya saja aku tidak tau, hari ini, berbicara padaku, bahkan mengajak ku kenalan. Walaupun bukan kenalan dengan maksud karena tertarik, tapi aku sangat senang sekali. Dan sekarang aku tahu siapa namanya, walaupun hanya tahu namanya saja, tapi paling tidak, mimpi ku ada yang menjadi nyata. Aku harus berterima kasih kepada Tuhan, untuk hujan kala itu.

 _____________________________________________________________


cerpen random, masih belajar.
mohon bimbingannya,
kalo ada yg kurang, bisa
kasih komen, makasih :)
(c) septy



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...