Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .... Suatu sore di sebuah rumah, seorang
remaja putri baru aja pulang setelah seharian mengikuti pelajaran dan
dilanjutkan ekskul di sekolahnya. Dan bukan hal yg mengherankan lagi
kalau ia selalu mendapati rumahnya sepi tanpa penghuni kecuali Bik Inah
yg lagi menyiram bunga di taman belakang. Ia tau. Pastilah Papanya masih
sibuk di kantor, dan Mamanya selalu pulang malem ngurusin usaha
konveksinya. Sedangkan kakak satu-satunya hanya pulang seminggu sekali
karena harus menyelesaikan kuliahnya di luar kota.
Sebut
saja ni anak, Ratih namanya. Seperti biasa sebelum masuk, Ratih selalu
menggesekkan alas sepatunya di atas doormat di depan pintu. Segera ia
membuka pintu, menutupnya lagi dan kemudian masuk ke dalam kamar.
Tanpa
melepas seragam, dia melempar tubuhnya di atas springbed. Sebuah diary
kecil ia raih dari saku tas sekolah. Kata demi kata ditorehkannya di
lembar-lembar putih itu. Ia tumpahkan segala kekecewaan atas kesibukan
orang tuanya dan segala kepedihan serta kesepiannya selama ini. Di raut
wajahnya jelas terpancar sebuah kekecewaan yg begitu mendalam.
"ya
Allah... kenapa kedua orang tuaku lebih mementingkan pekerjaannya
ketimbang aku anaknya? Kenapa ya Allah..?Papa... Mama... tahukah kalian?
Betapa bahagianya aku andaikan kita semua bisa selalu berkumpul,
menikmati teh bersama di teras rumah... sambil memandang langit senja yg
memerah... tidakkah kalian menginginkan itu Pa...? Ma...?"
Ratih
masih terus larut dalam air matanya yg mulai jatuh membasahi dan
melunturkan tulisannya, ketika BB barunya berdering nyaring.
"iya Ma... kenapa??" jawab Ratih malas-malasan.
"udah mandi, Sayang..?"
"belum."
"udah makan..??"
"dah tadi di skul."
"hmmm...
keliatannya anak Mama lagi sewot ni... kenapa Sayang..? tadi ada
masalah ya di sekolah? bilang sama Mama, mungkin Mama bisa bantu..."
"enggak... sapa juga yg sewot... nggak ada masalah apa-apa koq.."
"ya
udah... kalo Ratih nggak mau cerita sekarang, ntar aja kalo kita udah
ketemu di rumah. Sekarang Ratih mau kan tolongin Mama? tolong kamu ganti
air bunga tuberose di kamar Mama ya... tadi pagi Mama lupa
menggantinya."
"iya..."
"hati-hati gucinya jangan sampai pecah... dan ingat..! jangan nyuruh Bik Inah..!"
Setelah
melempar BBnya di kasur, segera Ratih bergegas menuju kamar Mamanya dan
kemudian membawa guci yg berisi bunga tuberose itu ke keran air di
belakang rumah. Setelah itu, dia bawa lagi guci bunga itu kembali ke
kamar.
Dan pada saat itulah mata Ratih menangkap sesuatu
tergeletak di atas meja rias Mamanya. Sebuah Buku Catatan..! Catatan
Mamanya. Buku itu masih dalam keadaan terbuka dan sebuah Pena pun masih
menempel manis di atasnya.
Perlahan sekali Ratih mulai menyimak kata demi kata yg berserak di lembar-lembar Buku Catatan itu.
"Anakku...
bila Mama boleh memilih, apakah Mama berbadan langsing atau berbadan
besar karena mengandungmu, maka Mama pasti akan memilih mengandungmu...
Karena
dalam mengandungmu Mama merasakan keajaiban dan kebesaran Allah.
Sembilan bulan, Nak... kamu hidup di perut Mama, kamu ikut kemanapun
Mama pergi, kamu ikut merasakan ketika jantung Mama berdetak karena
bahagia, kamu menendang rahim Mama ketika kamu merasa tidak nyaman
karena Mama kecewa dan berurai air mata...
Anakku... bila
Mama boleh memilih apakah operasi caesar atau Mama harus berjuang
melahirkanmu... maka Mama pasti akan memilih berjuang melahirkanmu...
Karena
menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu adalah seperti
menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga. Karena kedahsyatan
perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat Mama rasakan.
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua. Malaikat
tersenyum di antara peluh dan erangan rasa sakit yg tak pernah bisa Mama
ceritakan kepada siapapun.
Dan ketika kamu hadir,
tangismu memecah dunia. Saat itulah saat yg paling membahagiakan buat
Mama. Segala sakit dan derita sirna, sesaat setelah melihat dirimu yg
memerah. Mendengarkan Papamu mengumandangkan adzan, kalimat syahadat
kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di
telinga mungilmu.
Anakku... bila Mama boleh memilih apakah
Mama berdada indah atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu...
maka Mama pasti akan memilih menyusuimu.
Karena dengan
menyusuimu Mama telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan
tegukan-tegukan yg sangat berharga. Merasakan kehangatan bibir dan
badanmu di dada Mama dalam kantuk Mama, adalah sebuah rasa luar biasa yg
orang lain tak kan pernah bisa ikut merasakan.
Anakku...
bila Mama boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat, atau duduk di
lantai menemanimu menempelkan puzzle, maka Mama pasti akan memilih
bermain puzzle bersamamu. Camkan itu baik-baik, Anakku...
Tetapi
ada satu hal yg sepertinya kamu harus tahu... hidup ini memang pilihan.
Dan jika dengan pilihan Mama ini, kamu merasa sepi dan merana... maka
maafkanlah, Nak...Maafin Mama... Maafin Mama...
Percayalah...
Mama sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita agar tidak ada satu
kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yg hilang.
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka Mama juga. Kamu akan selalu menjadi belahan jiwa Mama...
Percayalah Nak... Mama sangat menyayangimu."
Ratihpun
tak kuasa lagi menahan linangan air matanya. Kalo tadi hanya menetes
satu dua, sekarang ia biarkan itu semua jatuh menetes dan membasahi
Catatan Mamanya. Ratihpun menangis tanpa mampu tuk menghentikannya,
sampai akhirnya sebuah tangan lembut menyentuh pundaknya dari belakang,
"Mama..??"
"iya Sayang... Mama udah ada disini sejak tadi..."
Tangis Ratih pun bukan makin berhenti tapi malah makin menjadi meski pelukan Mamanya terasa begitu menenangkan kegundahannya.
"Ya
Allah, karuniakanlah Mamaku semulia-mulia tempat di sisi-Mu. Karena dia
memang layak untuk itu. Ampuni dosa-dosanya ya Allah... Kebaikan dia
lebih banyak dari pada kesalahannya. Dan akupun sangat menyayanginya..."
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar