Bagaimana mungkin pria dan wanita, dua makhluk yang saling bingung karena sifat lawan jenis masing-masing, bisa jatuh cinta?
Bagaimana mungkin pria dan wanita, yang konon berasal dari planet
yang berjauhan, yaitu dari Mars dan Venus, bisa saling merindukan
padahal sama-sama sedang berada di bumi?
Ah, pertanyaan klise itu memuakkan, memekakkan telinga..
Namun apa
yang lebih lumrah dari kalimat “aku rindu kamu”?
Rindu yang tak
berbalas..
Setidaknya begitu bagiku..
Semua hal memang tak harus tersurat..
Tapi tak semua manusia memiliki
kepekaan tinggi terhadap yang tersirat..
Mulut-mulut itu berucap, “Tenang
saja, dia juga pasti merindukanmu.”
Mungkin..
Mungkin..
Mungkin..
Cuma kata itu yang terus-terusan dimentahkan pikiran melalui mulutku..
Berpikir positif..
Ah, sudah..
Sejak awal hingga kini aku berpikir
positif..
Aku menanamkan kalimat “kamu juga rindu aku” dalam benak..
Namun
benakku tidak cukup bodoh untuk tidak meminta bukti..
Kepada semesta..
Aku meminta bukti sebagai alasan aku bisa tetap terus rela benih kalimat
positif tersebut tertanam dalam benak..
Entah aku yang kurang peka membaca sinyal rindu yang kamu beri, atau memang kamu yang belum mengirimnya sama sekali..
Rindu yang tak berbalas membuatku terlihat gila..
Atau aku memang
benar-benar sudah gila..
Bahkan ketika seseorang yang memang dikenal lucu
melucu di depan banyak orang, membuat orang-orang terbahak-bahak,
tetapi tetap saja wajah dan tatapanku seperti hasil persilangan antara
layar televisi, kulkas, dan dompetku..
Datar, dingin, dan kosong..
Rindu yang tak berbalas itu seperti lubang hitam..
Menyedot habis semua senyum, tawa, dan canda yang aku punya..
Kita duduk berdekatan, tapi kita sendiri-sendiri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar